Oktober 27, 2011

Jiwa Yang Menolak Patah

Mengapa ada orang yang mampu terus berjalan meski cobaan menghantamnya bertubi-tubi? Namun kenapa juga yang lainnya justru patah, meski nampaknya ujian dan derita yang di terima relatif lebih ringan? Ada banyak sebab tentu. Tapi salahsatunya adalah, karena orang-orang yang mampu melangkah terus, yang tidak mundur dan tidak berhenti, adalah orang-orang yang "kreatif".Jiwa-jiwa mereka kreatif menemukan celah dan terobosan untuk menjagadiri agar tidak patah, agar tidak berhenti. Tentu, di dalamnya ada sebentuk cinta dari Allah swt, sehingga mereka menemukan kunci-kunci untuk tidak berhenti karena cobaan dan nestapa apa pun. Dan, kunci penyangga itu ternyata ada di mana-mana.

Ia Tidak Berhenti, Karena Cinta Ternyata di Sekelilingnya

Laki-laki itu pejabat tinggi suatu perusahaan swasta, berusia 40-an, belum menikah.
Beberapa tahun lalu, ia menuturkan kisah hidupnya yang paling rahasia dalam sebuah harian nasional, demi berbagi dengan seorang yang tertimpa pengalaman buruk mirip yang pernah ia alami.Laki-laki itu membaca dalam rubrik konsultasi, tentang anak muda yang merasa dirinya kotor dan hidupnya berakhir, karena menjadi korban pelecehan seksual temannya sendiri.

Ternyata, laki-laki 40-an tahun itu, semasa SD,pernah diperlakukan sama. Saat itu ia tengah berwisata di pantai bersama guru dan teman-teman sekolahnya. Tiba-tiba ia dipanggilbeberapa kakak kelas. Ia menduga akan diajak bermain bersama.Ternyata, di tempat yang jauh dari keramaian, ia mengalami pelecehans eksual, di bawah todongan pisau. Ia sangat terpukul, hingga menangis terus dan mengubur diri di dalam pasir. Sampai sore datang, dan guruserta teman-teman lain yang mencarinya, menemukannya masih di dalam pasir, gemetar.

Bertahun-tahun ia mencoba melupakan peristiwa tragisitu. Ada masa di mana ia merasa sangat membenci para pelaku, yang masih kanak-kanak itu. Ada masa ia merasa tidak sanggup melihat oranglain. Namun pada akhirnya ia mencoba sesuatu yang amat sulit,memaafkan. Satu kata yang terus ia ucapkan hingga dewasa, "maafkan,maafkan." Ia menduga, mereka pun punya masa lalu yang kelam,boleh jadi mereka sebelumnya pernah pula menjadi korban.

Ternyata itulah yang menjadi titik balik ia membukahatinya untuk melihat sisi lain dunianya. Sebelum "terbangun",ia tidak mampu membuka dirinya untuk orang-orang terdekat, untukorang tuanya, untuk adik dan kakaknya yang kesemuanya sudah menikah.Hingga dewasa, ia amat penuh dengan laranya sendiri, dan kehilanganwaktu untuk peduli pada lingkungannya. Ia tenggelam dalam duniakerja, menghasilkan uang berlimpah, yang tak kunjung membuatnya"sembuh".

Kemudian, sewaktu ia memberi perhatian dan kasihsayang pada keluarganya, terutama pada para keponakannya, iamenemukan mutiara cinta ternyata ada di mana-mana. Kini, setiap iadatang ke rumah saudara-saudaranya, anak-anak mereka menyambutnyadengan kegembiraan yang polos. Di sanalah, ia merasa bisa berlabuh,menemukan kebahagiaannya, menemukan kesembuhannya. Malah, olehkeluarganya, ia dijadikan "kepala" keluarga, termasuk olehayah ibunya. Ternyata, mereka telah lama memendam cinta untuknya.Laki-laki itu pun tidak kalah, jiwanya menolak untuk patah, karenacinta ternyata ada di sekelilingnya.

Ia tidakBerhenti, Karena Memilih Tegak Meski Tertatih-tatih

Betapa kerasnya kehidupan di ibukota. Ini tidak dipungkiri siapa pun. Namun, di Jakarta pula, kita bisa menemukan manusia-manusia yang mampu tegak, meski hidupnya diselang-selingi"kejutan" yang tak nyaman. Di halte pasar di bilangan TebetTimur, Jakarta Selatan, misalnya. Sepasang suami istri sejak belasantahun berdiam di kios rokok dan minuman dingin yang sekaligusdijadikan tempat tinggalnya.

Modal yang seadanya, masih harus menanggung hutangpara awak bus yang kerap mangkal di sana. Mereka pun masih harusmembayar berbagai pungutan demi keamanan. Termasuk ke pejabat lokal,demi perijinan. Semua itu, bahkan sudah dijalani sang istri sejakibunya masih hidup. Ia dibawa ibunya merantau ke Jakarta sejakkanak-kanak. Dan, kios itu adalah warisan ibunya, sebelum wafat."Jenazah si Mbok kami bawa ke desa, di sana kan ada kuburandesa. Biaya merawatnya lebih murah. Kalau di sini mahal, nggaksanggup bayar," tuturnya.

Siang itu, percakapan rutin terdengar di halte."Kapan utangnya dibayar? Udah banyak nih, udah 30 ribu,"tutur sang istri pada seorang supir, yang tengah memarkir busnya didepan halte. Sang awak nampak terkejut, seolah tak percaya. "Masaksebanyak itu?" Perempuan itu melanjutkan, "Ini adacatatannya." Suaminya, yang tengah beristirahat di dalam kios,terbangun dan membenarkan istrinya. "Yah, nanti dibayar,"itulah akhirnya jawaban sang awak bus. "Kalau begini terus,modalnya bisa habis," ujar perempuan itu perlahan.

Meski sehari-hari harus hidup amat prihatin, namunseperti diakui perempuan itu, ia merasa masih mampu bertahan. "Memangpemasukan sedikit sekali, kami sering terpaksa makan apa adanya, tapikami masih bisa bertahan. Di kota besar kayak Jakarta, itu sudahbagus kok," ujar sang istri.

Demikianlah. Meski tersendat-sendat, mereka sudah memilih.

Ia Tidak Berhenti, KarenaHarus Menjadi Pelita Lingkungan

Boleh jadi, pilihan untuk tidak berhenti, didesakpula oleh lingkungan. Namun, tidak semua orang menyambut desakan ini.Waras Soebroto, penduduk desa Kedung Rejo, Kecamatan Muncar,Banyuwangi, Jawa Timur, adalah orang yang mengambil desakan ini.Hasilnya, ia melangkah terus, dan memberi arti positif buatlingkungannya.

Waras sudah bekerja selama belasan tahun sebagaipetugas pengawas hutan lindung. Setiap bulan, ia hanya dibayar 3000(tiga ribu) rupiah. Ia amat prihatin dengan kondisi suaka alam diBanyuwangi, yang dijarah para penebang liar. Inilah awal mulanyaWaras merasa harus melakukan sesuatu: total melindungi suaka alamdengan segala kemampuannya, dengan semua waktu yang ia punya.Termasuk "memerangi" penebangan liar. Resikonya, ia seringmenghadapi ancaman dari penebang liar dan pencuri kayu, bahkan kerapdiisukan akan diguna-guna.

Meski begitu, Waras tidak mundur. Ia merasa tidakboleh mundur, karena lingkungannya akan tambah hancur jika ia memilihjalan itu. Secara kontinyu Waras malah mencoba meyakinkan masyarakat,tentang pentingnya menjaga suaka alam. Ia terus membangun kesadarankolektif. Tidak tanggung-tanggung, Waras akhirnya berhasilmengamankan 6 lokasi suaka alam di daerah Banyuwangi.

Pilihan serupa diambil pula La Ode Muhammad. Iahanyalah satu dari banyak penduduk Desa Wantimoro, Kecamatan Kabawo,Muna, Sulawesi Tenggara. Mulanya, La Ode bersama warga Suku Bajo dikampung Wantimoro tinggal di laut, di atas perahu bido. Suku Bajomemang menjadikan laut sebagai sumber pencaharian, bahkan sebagaitempat berkelana. Namun, kehidupan mereka lama-kelamaan terjepit,akibat potensi ikan makin merosot.

Dalam situasi ini, kekhawatiran soal masa depanmenghinggapi mereka. Hingga La Ode tersadar, ia mesti melakukansesuatu. Lantas, ia mengajak suku Bajo untuk menetap di darat danbertani dengan pola sanitasi. Mereka berhasil. Ratusan kepalakeluarga telah mengubah pola hidupnya, dan mereka mampu bertahan,bahkan tingkat ekonominya terus membaik. Warga menganggap La OdeMuhammad sebagai pelita lingkungannya. Bagi La Ode dan Waras, merekatidak kalah justru karena lingkungannya.

Ia TidakBerhenti, Karena Ia Punya Mimpi

Namanya Az Zamakhsyari. Ia seorang ulama terkenal,ahli dalam banyak ilmu pengetahuan agama. Namun, ia lebih terkenalsebagai tokoh ilmu nahwu (gramatika bahasa Arab). Menjadiahli dalam ilmu bahasa bagi Az Zamakhsyari adalah keberhasilan yangboleh dibilang sebagai prestasi dan kesuksesan luar biasa dalammenghadapi rintangan. Betapa tidak, sejak kecil ia telah mempelajariilmu nahwu, tetapi hingga menginjak remaja ia tak kunjungpaham dengan ilmu yang dipelajarinya.

Bayangkan, selama bertahun-tahun belajar untukmembedakan antara subyek (mubtada) dan obyek (khabar)saja ia tidak bisa. Sementara teman-temannya, hampir semuanya telahmengusai ilmu itu. Bahkan ada di antara mereka yang diberi tugasuntuk mengajar adik-adik kelas mereka.

Kenyataan ini nyaris membuat Az Zamakhsyari putusasa. Ia merasa malu dengan usianya yang semakin tua tetapi belum tahuapa-apa, apalagi ia harus duduk dan belajar bersama anak-anak yangjauh di bawah usianya. Di tengah kegalauannya ia berniat meninggalkansekolah, pergi merantau untuk mencari ilmu di tempat lain.

Setelah cukup jauh berjalan, ia mampir berteduh disebuah rumah. Ketika sedang beristirahat sambil menyandarkanpunggungnya di tembok, ia melihat seekor semut kecil sedang menggigitsisa kulit korma. Semut itu berusaha menarik kulit korma yangukurannya lima kali lipat lebih besar dari tubuhnya, ke lubang ditembok itu. Berkalikali ia melakukannya namun selalu gagal, kulitkorma selalu jatuh ke tanah. Az Zamakhsyari terpaku melihat kelakuansemut itu, yang mempunyai keuletan mengagumkan.
Setelah berkali-kali gagal, ternyata sang semutberhasil membawa naik kulit korma itu. Saat itu muncullah pemikirandalam benak Az Zamakhsyari, "Seandainya aku melakukan sepertiyang dilakukan semut ini niscaya aku juga akan berhasil."Setelah mengucapkan itu, ia memutuskan kembali ke sekolahnya danmembatalkan niatnya untuk merantau. Hasilnya, Az Zamakhsyaribenar-benar meraih impiannya. Ia menguasai ilmunya sedemikian rupa.Bahkan, ia menjadi tokoh nahwu yang sangat disegani.

Mimpi dan cita-cita, yang di dalamnya termaktubtekad, semangat dan kerja, memang seringkali membuat orang tidak mauberhenti. Bahkan, seekor semut pun, menghayati semangat ini. Apatahlagi, kita, manusia.

Ia Tidak Berhenti, KarenaBatinnya Kaya

Seorang perempuan kurus berkulit gelap tampak dudukdi depan "rumahnya" di sebuah pojok Pintu Air Manggarai,Jakarta Selatan. Dari cangkir plastik yang tak lagi bersih, iamenikmati betul seruputan demi seruputan kopi hangat. "Rumah"perempuan itu hanya susunan papan berbagai bentuk dan ukuran. Adayang berasal dari kotak kayu yang biasa ditemukan di pasar, ada pulayang memanjang. Bagian yang menjadi atap rumah ditutupi selembarterpal warna biru untuk menghalangi kucuran air saat hujan datang.Antara atap dan lantai hanya ada jarak satu meter. Karenanya, setiapkali keluar masuk "rumahnya" perempuan itu harusmembungkuk-bungkuk.

Di ambang pintu yang rendah, sebuah papanpenggilasan pakaian dipasang sebagai jembatan. Di bawahnya, selokankecil meliuk mengalirkan air berwarna hitam kehijauan. Dalamketerbatasan ruang di halaman yang lebarnya hanya setengah meter, iatampak berusaha mempercantiknya dengan lima pot tanaman yang terbuatdari bekas wadah cat tembok. Kelimanya diatur berjajar memanjang.Jadilah gerbang. Sayangnya, daun-daun tanaman dalam pot itu nyarishabis dipatuki ayam peliharaannya yang tak banyak jumlahnya.

Maryati, nama perempuan itu. Wajahnya sudahberkerut-kerut meski usianya belum genap 40 tahun. "Saya sudah25 tahun tinggal di sini," katanya sambil menyebut usianyasendiri, 37 tahun. Ia tinggal bersama suaminya. Karena sempit,Maryati hampir setiap malam tidur di luar rumah. Beralaskan karungdan selembar kain. Kadang tidur di "halaman" dan kadangtidur di atas tumpukan rangka besi besar di samping "rumah".
"Syukurlah ada besi-besi itu. Kalau air sungaimeluap ya cukup terlindungilah, enggak hanyut," kata Maryati.Meski harus tinggal di "rumah" sempit di lokasi yang taksewajarnya, dalam setiap pembicaraannya Maryati selalu mengucapsyukur. "Alhamdulillah, saya masih punya rumah. Kalau enggak disini, mau di mana lagi? Di kampung saya di Indramayu saja masihtinggal di rumah saudara," katanya. "Maklumlah, orangkecil," lanjutnya.

Untuk hidup sehari-hari, Maryati berjualan sayur didekat terowongan Manggarai. Setiap bulan ia mengirim sedikit uanguntuk dua anaknya di kampung. Sekali dalam dua hari, Maryati biasapergi ke Pasar Induk Kramat Jati atau Pasar Minggu. "Beli cabai,tomat, sayur juga," katanya. Namanya berjualan, risiko rugisudah sangat dia pahami tanpa mengeluh. "Nggak apa-apa kalaurugi, udah risiko," begitu ia menyebut.

Penghasilannya yang minim masih harus dikurangiuntuk biaya hidup rutin yang tak bisa dia hindari, misalnya untukmandi, mencuci, dan buang hajat di WC umum. "Kami mandi bayar dikamar mandi umum, air juga harus beli," ujar Maryati, yanglagi-lagi mengucapkan syukur sewaktu menceritakan ada penghasilantambahan selain berjualan sayur.

Meski hidup serba prihatin dan mesti menghadapiberbagai situasi yang tidak nyaman, Maryati tak goyah. Ia tetaptinggal di gubuk kecilnya. Tetap berjalan terus mencari nafkah,bahkan tetap berbagi rejeki dengan keluarganya di desa. Keyakinannya,kalau memelihara waktu-waktu shalat ia akan selalu aman. "Kalaukita shalat lima waktu, pasti aman deh," katanya sambiltersenyum.

Melihat Maryati, kita serasa melihat potret kekayaanbatin. Ini adalah kekayaan hakiki, yang membuat manusia tidak patah,tidak kalah. Sampai kapan pun.

Wallahu'alam
from : LK's blog
kinan imatu

Allah suka pada yang TERAMPIL berkarya


Terinspirasi oleh satu hadist yang berbunyi “Sesungguhnya Allah SWT suka kepada hamba yang BERKARYA dan TERAMPIL. Barang siapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan Seorang Mujahid Fisabilillah” HR.Imam Ahmad

Hadist ini memberikan semangat kepada saya dan suami untuk terus berusaha dan berkarya. Memang, yang berkewajiban mencari nafkah adalah suami, tapi jika istri sanggup membantu suami untuk mencari nafkah juga, maka insyaAllah akan dianggap sebagai sodaqoh. Tidak hanya terpaku pada urusan mencari nafkah, dalam semua hal, insyaAllah jika setiap orang diri berlomba-lomba berbuat kebaikan, nantinya pasti Allah yang membayarnya.

Kita sebagai manusia hanya dituntut untuk bersungguh-sungguh. Dalam hal apapun, baik dalam beribadah ataupun mencari rizky. Jika kita sudah yakin telah bersungguh-sungguh maka tidak usah khawatir jika kita belum mendapatkan hasil yang terbaik, toh usaha kita yang sungguh-sungguh itu sudah dicatat sebagai amal sholeh, insyaAllah.


Jangan lah putus semangat, karena jika tak ada semangat lagi pada diri kita, kita sendirilah yang akan merugi. Bahkan Allah pun memerintahkan kita untuk terus bersemangat mengerjakan kebaikan meskipun dalam keadaan berat (QS. At Taubah: 41)


Di jaman yang serba bersaing ini, marilah kita 'bersaing' dengan sungguh-sungguh. Kerja sekecil apapun sungguh sangat dihargai, setetes peluh akan menjadi secuil berlian di Syurga jika kita niatkan karena Allah, insyaAllah.




Juli 12, 2011

Semangat Baru Mengajar Di Tahun Ajaran Baru

Hello siswa semua
Ayo kita sambut
Hari baru tlah tiba
Apa yang kurasakan
Ku ingin engkau tau
Tentang berbagi bersama
Reff :
Buka kita buka hari yang baru
Sebarkan semangat langkah kedepan
Jadi pribadi baru
Buka kita buka jalan yang baru
tebar kan senyum wajah gembira
Dalam suasana baru
Bukalah bukalah semangat baru 3x
Coba diam walau hanya tuk sejenak
Dengarkan kata dari segala yang kuucap
Menjelang pagi ini nikmati damai dihati
Dalam waktu penuh arti
Karena kita berprestasi

Kuingat kemarin suasana tak bersemangat
Namun kini kujalani
Dan semua rasanya tepat
Bersama kita coba wujudkan harapan
Membuka jalan dalam gapai setiap tujuan
Mentari bersinar selalu
Kini aku minta penuh semangat belajar
Bersamamu siswa semua
Karena ini saatnya kita  jadi juara
Reff
Dengarkan hatimu, pastikan pilihan mu
Esok mentari kan datang
Bawa sejuta harapan
Kita jumpa disini
Berbagi bersama
Dan kita tahu
Juara yang menanti kita
Reff